4. Bagawan Wiswamitra
Bagawan Wiswamitra bertempat tinggal jauh dari kota Ayodya. Kedatangannya ke Ayodya kali ini bertujuan untuk meminta bantuan agar Sang Prabu menghalau raksasa-raksasa yang sering mengganggu ketentraman penduduk desa.
Sudah agak lama pertapaan Sang Bagawan selalu didatangi para raksasa perusuh dari negeri Raja Tatsaka. Mereka merusak sawah dan ladang para cantrik serta menangkap dan merampas ternak. Jika mereka tidak mendapatkan ternak, siapapun yang ditemuinya ditangkapnya pula dan dijadikan mangsa.
Penduduk desa di sekitar pertapaan Sang Bagawan sudah pernah mengadakan perlawanan tetapi karena jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah raksasa maka para raksasa itu tak dapat dikalahkan.
Para raksasa perusuh itu pun semakin kejam dan ganas. Prabu Dasarata amat bersedih mendengar pengaduan Bagawan Wiswamitra. Putranda Ramawijaya dan Laksamana dipanggilnya lalu diperintahkannya menumpas para raksasa yang membuat kekacauan di pertapaan Bagawan Wiswamitra.
Maka berangkatlah Ramawijaya dan Laksamana beserta pasukan Ayodya. Kedatangan para satria Ayodya itu pun disambut oleh para raksasa dengan geram. Pasukan Ayodya berperang dengan gagah berani sehingga para raksasa itu tumpas. Raja Tatsaka terbunuh oleh panah Ramawijaya. | 4. Bagawan Wiswamitra
Bagawan Wiswamitra lived far from Ayodya city. His visitation to Ayodya that day was intended to ask for help from the King to chase away the giants who disturbed the villagers' life.
That situation had been hapenning for quite a while. Giants from Tatsaka disturbed Bagawan Wiswamitra's monastry as well as villages sourounding the monastry. They caused damage to the villager's fields and stole their cattle. If they were not able to find any livestock, they catched the villagers and ate them.
The villagers had attempted to fight against the giants. But since the numbers of those giants were much greater than that of the villagers, they always failed.
Those giants became more and more vicious. After listening to that story, King Dasarata became sad. He ordered his sons Ramawijaya and Laksamana to stop the giants from causing misery to the villagers. Ramawijaya and Laksamana, accompanied by the Ayodya troops, went to the battle.
The arrival of the Ayodya troops was responded to violently by the Tatsaka army. However, the Ayodya soldiers fought those giants courageously and they won the battle. In the battle, the King of Tatsaka was killed by Ramawijaya. |
|
|
Wiswamitra (विश्वामित्र, 众友仙人, "all-friend") dalam Ramayana
Dalam Ramayana, Wiswamitra menjadi guru bagi Rama dan Laksmana ketika mereka berada di tengah hutan. Wiswamitra mengajari mantra keramat serta penggunaan senjata ilahi bernama Dewastra kepada Rama dan Laksmana.
Saat kediaman para resi diteror para raksasa, Wiswamitra enggan untuk mengutuk raksasa-raksasa tersebut karena akan menodai kemurnian tapanya. Atas permohonan para resi, Wiswamitra datang ke Ayodhya untuk meminta bantuan kepada Rama. Dasarata yang takut dengan kutukan Wiswamitra tak berani menolak, sehingga ia merelakan kepergian puteranya. Dengan diiringi Rama dan Laksmana, Resi Wiswamitra menempuh perjalanan panjang. Mereka bermalam di sebuah tempat peristirahatan dekat sungai Sarayu. Di sana Resi Wiswamitra memberi mantra keramat bernama bala dan atibala. Saat fajar menyingsing, mereka melanjutkan perjalanan melewati Kamasrama sampai akhirnya tiba di sungai Gangga. Dengan rakit yang sudah disiapkan para resi, mereka menyeberang. Kemudian, mereka tiba di hutan Dandaka. Di sana, Rama dan Laksmana bertemu raksasi Tataka dan membunuhnya. Setelah membunuh raksasi tersebut, Rama dan Laksmana melanjutkan perjalanan ke Sidhasrama.
Di Sidhasrama, Rama dan Laksmana menyingkirkan raksasa Marica dan Subahu. Atas pertolongan Rama dan Laksmana, Resi Wiswamitra mengajak mereka ke Mithila untuk menghadiri sebuah sayembara. Dalam perjalanan ke Mithila, Rama dan Laksmana melewati asrama Resi Gautama. Di sana mereka membebaskan kutukan yang menimpa Ahalya, istri Resi Gautama. Setelah sampai di Mithila, Rama memenangkan sayembara sehingga ia berhak menikahi puteri Sita. Setelah upacara pernikahan Rama dan Sita dilangsungkan, Wiswamitra pergi menuju gunung Himalaya dan melakukan kewajibannya sebagai seorang resi.
|
|
Vishwamitra with Rama and Lakshamana,
as Rama redeems Ahalya (Sansekerta: अहल्या; Ahalyā)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar